Memahami Hakikat Kemarahan - Marah merupakan reaksi fisik seseorang yang
dipicu oleh kondisi jiwa yang tidak stabil. Seperti bentuk emosi
lainnya, marah juga diikuti perubahan psikologis dan biologis. Ketika
Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Begitu juga dengan
level hormon adrenaline dan noradrenaline juga turut mengalami
perubahan.
Charles Soielberger dalam hal ini mengatakan bahwa sesungguhnya ketika
kita marah, ada banyak hal yang terjadi pada diri kita yang mungkin
tidak kita perhatikan dan telah lebih jauh. Ketika kita marah, baik
secara psikologis maupun bilogis, kita mengalami perubuhan yang cukup
signifikan, bila dibandingkan dengan keadaan atau kondisi kita sedang
tidak marah.
Marah pada dasarnya adalah suatu perilaku normal dan sehat. Marah
merupakan hal wajar dan merupakan suatu bentuk ekpresi emosional
manusia. Namun, ketika sudah tidak bisa dikendalikan dan cenderung
mengarah pada hal yang desktruktif, maka marah akan menjadi masalah
besar. Masalah itu bisa muncul baik di lingkungan pekerjaan, hubungan
personal dan yang lebih parah lagi marah dapat menurunkan kualitas hidup
pribadi secara keseluruhan.
Marah selain sebagai bentuk ekspresi emosional, marah juga merupakan
suatu bentuk komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang
ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain justru
menganggap kita hanya sekedar main-main dan tidak serius.
Marah sebagai suatu bentuk komunikasi biasanya berhubungan erat dengan
masalah budaya. Dalam budaya masyarakat tertentu, ekspresi wajah
seseorang dianggap sebagai bentuk ekspresi marah. Tapi, bagi budaya
masyarakarat Iain ekspresi wajah tersebut justru dianggap biasa-biasa
saja. Contoh lain adalah dalam pertandingan sepakbola, Sering kita
melihat ada pemain yang bersitegang ketika terjadi pelanggaran. Dalam
situasi tersebut bisa kita bandingkan sikap antara pemain Eropa dan
sikap yang diperlihatkan oleh pemain Indonesia. Dalam berbagai
pertandingan seperti La Liga, Liga Champion dan lain sebagainya yang
kita saksikan di televisi, ketika pemain saling bersitegang, kebanyakan
mereka hanya beradu mulut dan bahkan saling berhadapan.
Mata melotot dan urat-urat leher terlihat tegang. Namun setelah
melampiaskan kekesalannya dan amarah masing-masing, mereka bisa segera
melanjutkan pertandingan dengan baik. Hal ini berbeda ketika kita
melihat pertandingan sepakbola Indonesia. Sering kita melihat
persitegangan antara dua pemain merembet pada pemain lain, sehingga
menyebabkan perkelahian massal antar pemain.
Hakikat Marah
Dalam kajian ilmu komunikasi, marah pada hakikatnya adalah salah satu
bentuk dari komunikasi seseorang. Ketika seseorang sedang marah
sesungguhnya ia sedang berusaha menyampaikan pesan pada orang lain.
Adapun bentuk penyampaian pesan itu bisa berbeda-beda, semuanya
tergantung lingkungan dan kondisi budaya yang membentuknya.
Di Jepang, orang sering diam ketika marah, karena memang orang-orang
Jepang tidak terbiasa mengekspresikan kemarahannya. Hal ini tentu
berbeda dengan budaya masyarakat Amerika. Orang Amerika lebih terus
terang dalam mengungkapkan perasaanya.
Dilihat dari kacamata psikologi, marah adalah bagian dari emosi. Dari
sekian banyak emosi, seperti, gembira dan sedih, marah dikategorikan
sebagai emosi negatif. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh psikolog
Alva HAndayani, bahwa sikap antara satu orang dengan yang lainnya
berbeda-beda. Tapi, marah umumnya dipicu karena frustasi, tersinggung,
atau karena memang tempramen.
Marah juga bisa terjadi karena adanya suatu kasus atau pengalaman
seseorang di masa lalu. Kasus ini sering disebut dengan kasus
predisposisi. Dalam kasus ini, kemarahan disebabkan karena pengalaman
buruk masa lalu yang menumpuk dan meledak ketika ada pemicunya. Kita
sering mendengar berita atau melihat di televisi, misalnya seorang istri
yang dikenal sebagai seorang perempuan yang sabar, ternyata mampu
menghabisi nyawa suaminya dengan cara yang sadis. Selama ini, banyak
orang yang mengatakan bahwa emosi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya.
Lingkungan memang memiliki pengaruh besar bagi orang dan juga sebagai
salah satu faktor pemicu kemarahan seseorang. Namun demikian,
sesungguhnya, faktor lingkungan sangat tergantung pada faktor internal
yaitu kesetabilan emosi.
Di lingkungan yang sama, dua orang berbeda bisa memiliki reaksi yang
berbeda dalam menyikapi masalah yang sama. Semua itu tergantung pada
kendali diri masing-masing. Misalnya, orang yang ritme hidup dan denyut
jantungnya cepat, ketika dihadapkan pada situasi yang lambat, maka dia
akan stres dan mudah marah. Sebaliknya orang yang emosinya tenang dan
lambat, jika dia masuk dalam situasi yang lebih cepat, maka dia akan
mudah stres dan cepat marah.
Sedikit berbeda dengan kajian pesikotogis, menurut kacamata ilmu jiwa
atau psikiatri, marah lebih dikenal sebagai bentuk gejala symptom.
Kemarahan menandakan adanya suatu penyakit dalam tubuh seseorang. Memang
dalam kajian psikiatri, orang sakit akan mudah marah karena penyakit
yang dideritanya. Marah dalam ilmu jiwa digolongkan ke dalam jenis
gejala agresi yang positif, karena merupakan ekspresi emosi yang
ditampakkan. Penyebabnya disebut dengan istilah implus atau dorongan.
Jenis implus ini bisa bermacam-macam, mulai dari kondisi lingkungan yang
tidak kondusif dan penuh tekanan, makanan yang berportein tinggi,
rendahnya kadar oksigen pada otak, dan kasus hormonal.
Sama seperti dalam kajian psikologi, faktor lingkungan dijadikan sebagai
faktor utama penyebab munculnya kemarahan pada diri seseorang. Orang
yang berprofesi sebagai pengemudi angkutan kota akan cepat marah
daripada seseorang yang bekerja di ruangan ber-AC. Tekanan lingkungan,
bising dan panas memacu emosi seseorang berada dalam kondisi tinggi.
Begitu juga dengan makanan yang berprotein tinggi.
Menurut Dr. Jaya Mualimin, makanan yang mengandung protein tinggi,
seperti daging kambing, menjadi salah faktor penyebab orang cepat marah.
Karena, protein tinggi akan meningkatkan hormon-hormon dalam tubuh,
sehingga orang akan mudah marah. Begitu juga dengan kurangnya oksigen
pada otak. Otak yang kekurangan oksigen akan membuat kesadaran seseorang
menjadi turun, sehingga rentan terhadap stimulus negatif.
Memahami Hakikat Kemarahan
Dalam kasus hormonal, orang akan mudah marah apabila kadar hormon pemicu
kemarahannya tidak berada pada kadar semestinya. Dalam hal ini, proses
kemarahan dalam tubuh bisa dijelaskan dengan dimulainya implus yang
diterima oleh limbic system (pusat emosi) di hypothalamus yang terletak
di bagian otak tengah. Penerimaan implus tersebut merangsang
meningkatnya neurotransmitter dompamine pada neuron
Advertisement
otak. Setelah itu, rangsangan diteruskan ke hypophycis yang kemudian
dikirim ke bagian tubuh lainnya. Seperti, pada bagian tubuh penghasil
hormon-hormon yang kemudian dikirim ke bagian tubuh lainnya, seperti
bagian tubuh penghasil hormon-hormon pemacu denyut jantung, pupil mata
membesar dan lain sebagainya.
Gangguan hormonal ini bisa disebabkan karena ketidakseimbangan kadar
hormon, baik kelebihan maupun kekurangan. Ketidakseimbangan kadar hormon
inilah yang menyebabkan seseorang mudah marah. Biasanya kasus seperti
ini terjadi pada kaum perempuan yang sedang menstruasi atau pada kaum
lansia yang hormon testosteron progesteronnya sudah mulai menurut, Hal
tersebut mengurangi ambang batas kesabarannya sehingga mudah marah
Apakah Kita Harus Marah?
Seorang ibu melihat anaknya sedang asik bermain dengan tanah basah
bersama teman-temannya, tiba-tiba gusar dan mendatangi anaknya. Emosi
sang ibu memuncak dan berubah menjadi kemarahan, ketika melihat baju
yang dipakai anaknya kotor terkena lumpur. Tanpa pikir panjang, sang ibu
membentak dan menyeret anaknya masuk ke rumah. Ekspresi sang anak yang
semula ceria seketika berubah dan menangis.
Pernahkan kita menemui situasi seperti itu? Dan mungkin kita penah
mengalaminya sendiri. Apa yang kita rasakan ketika kita berada pada
situasi yang dialami oleh sang anak pada contoh di atas?
Pada posisi tersebut, bisa dikatakan kita merupakan korban kemarahan
sang ibu. Sementara sang ibu sebagai pelaku kemarahan yang terpicu oleh
kondisi anaknya yang sedang bermain tanah basa atau lumpur. Kasus
tersebut merupakan contoh kasus yang dipicu oleh sesuatu di
lingkungannya.
Jika kita membaca kembali kasus di atas, secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa kemarahan cenderung destruktif. Pertanyaanya apakah
kita harus marah? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan marah. Hanya
saja, seringkali emosi ketika marah diekspresikan dengan cara
berlebihan.
Marah yang disebabkan oleh permasalahan sepele, bisa berbuntut panjang,
sampai-sampai terjadi pembunuhan. ltu artinya, marah yang tidak
terkontrol dan berlebihan akan merusak, baik pada diri sendiri maupun
orang-orang di sekelilingnya.
Marah akan menjadi destruktif ketika seseorang menuruti emosinya yang
meledak-ledak. Kemarahan tidak akan menghasilkan manfaat jika hanya
dilampiaskan melalui kata-kata, ekspresi, dan perlakuan yang kasar.
ltulah sebabnya, meskipun dalam keadaan marah, kita harus selalu
mengedepankan rasio atau pikiran kita.
Psikolog E. Kristi PoerwAndari menyatakan bahwa setidaknya ada dua poin
yang membuat marah menjadi konstruktif.
Pertama, marah haruslah karena alasan yang tepat, bukan karena
faktor subjektif. Banyak kasus kemarahan timbul di lingkungan keluarga,
misalnya suami marah secara berlebihan karena merasa tidak dihargai oleh
istrinya. Padahal, ini hanyalah pandangan subjektif sang suami.
Kedua, marah haruslah terkendali. Marah yang membabi buta, bisa
merugikan diri sendiri dan orang lain. Pradipta Sarastika
Demikian cerita mengenai Memahami Hakikat Kemarahan, baca juga artikel
cerita motivasi lainnya dengan judul Percaya Diri...!!!. Jika kalian
suka dengan artikel diatas, mohon untuk menekan tombol like ya, dan jika
tidak keberatan mohon untuk dishare juga, agar ilmu ini bisa bermanfaat
bagi semuanya. Terima kasih sebelumnya.
- See more at:
http://www.checkouthungerok.org/2014/12/memahami-hakikat-kemarahan.html#sthash.086PM17O.dpuf
http://www.checkouthungerok.org/
http://www.checkouthungerok.org/2014/12/memahami-hakikat-kemarahan.htmlCerita Motivasi