Pages

Kamis, 26 Februari 2015

Memahami Hakikat Kemarahan

Memahami Hakikat Kemarahan - Marah merupakan reaksi fisik seseorang yang dipicu oleh kondisi jiwa yang tidak stabil. Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Begitu juga dengan level hormon adrenaline dan noradrenaline juga turut mengalami perubahan. Charles Soielberger dalam hal ini mengatakan bahwa sesungguhnya ketika kita marah, ada banyak hal yang terjadi pada diri kita yang mungkin tidak kita perhatikan dan telah lebih jauh. Ketika kita marah, baik secara psikologis maupun bilogis, kita mengalami perubuhan yang cukup signifikan, bila dibandingkan dengan keadaan atau kondisi kita sedang tidak marah. Marah pada dasarnya adalah suatu perilaku normal dan sehat. Marah merupakan hal wajar dan merupakan suatu bentuk ekpresi emosional manusia. Namun, ketika sudah tidak bisa dikendalikan dan cenderung mengarah pada hal yang desktruktif, maka marah akan menjadi masalah besar. Masalah itu bisa muncul baik di lingkungan pekerjaan, hubungan personal dan yang lebih parah lagi marah dapat menurunkan kualitas hidup pribadi secara keseluruhan. Marah selain sebagai bentuk ekspresi emosional, marah juga merupakan suatu bentuk komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain justru menganggap kita hanya sekedar main-main dan tidak serius. Marah sebagai suatu bentuk komunikasi biasanya berhubungan erat dengan masalah budaya. Dalam budaya masyarakat tertentu, ekspresi wajah seseorang dianggap sebagai bentuk ekspresi marah. Tapi, bagi budaya masyarakarat Iain ekspresi wajah tersebut justru dianggap biasa-biasa saja. Contoh lain adalah dalam pertandingan sepakbola, Sering kita melihat ada pemain yang bersitegang ketika terjadi pelanggaran. Dalam situasi tersebut bisa kita bandingkan sikap antara pemain Eropa dan sikap yang diperlihatkan oleh pemain Indonesia. Dalam berbagai pertandingan seperti La Liga, Liga Champion dan lain sebagainya yang kita saksikan di televisi, ketika pemain saling bersitegang, kebanyakan mereka hanya beradu mulut dan bahkan saling berhadapan. Mata melotot dan urat-urat leher terlihat tegang. Namun setelah melampiaskan kekesalannya dan amarah masing-masing, mereka bisa segera melanjutkan pertandingan dengan baik. Hal ini berbeda ketika kita melihat pertandingan sepakbola Indonesia. Sering kita melihat persitegangan antara dua pemain merembet pada pemain lain, sehingga menyebabkan perkelahian massal antar pemain. Hakikat Marah Dalam kajian ilmu komunikasi, marah pada hakikatnya adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Ketika seseorang sedang marah sesungguhnya ia sedang berusaha menyampaikan pesan pada orang lain. Adapun bentuk penyampaian pesan itu bisa berbeda-beda, semuanya tergantung lingkungan dan kondisi budaya yang membentuknya. Di Jepang, orang sering diam ketika marah, karena memang orang-orang Jepang tidak terbiasa mengekspresikan kemarahannya. Hal ini tentu berbeda dengan budaya masyarakat Amerika. Orang Amerika lebih terus terang dalam mengungkapkan perasaanya. Dilihat dari kacamata psikologi, marah adalah bagian dari emosi. Dari sekian banyak emosi, seperti, gembira dan sedih, marah dikategorikan sebagai emosi negatif. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh psikolog Alva HAndayani, bahwa sikap antara satu orang dengan yang lainnya berbeda-beda. Tapi, marah umumnya dipicu karena frustasi, tersinggung, atau karena memang tempramen. Marah juga bisa terjadi karena adanya suatu kasus atau pengalaman seseorang di masa lalu. Kasus ini sering disebut dengan kasus predisposisi. Dalam kasus ini, kemarahan disebabkan karena pengalaman buruk masa lalu yang menumpuk dan meledak ketika ada pemicunya. Kita sering mendengar berita atau melihat di televisi, misalnya seorang istri yang dikenal sebagai seorang perempuan yang sabar, ternyata mampu menghabisi nyawa suaminya dengan cara yang sadis. Selama ini, banyak orang yang mengatakan bahwa emosi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan memang memiliki pengaruh besar bagi orang dan juga sebagai salah satu faktor pemicu kemarahan seseorang. Namun demikian, sesungguhnya, faktor lingkungan sangat tergantung pada faktor internal yaitu kesetabilan emosi. Di lingkungan yang sama, dua orang berbeda bisa memiliki reaksi yang berbeda dalam menyikapi masalah yang sama. Semua itu tergantung pada kendali diri masing-masing. Misalnya, orang yang ritme hidup dan denyut jantungnya cepat, ketika dihadapkan pada situasi yang lambat, maka dia akan stres dan mudah marah. Sebaliknya orang yang emosinya tenang dan lambat, jika dia masuk dalam situasi yang lebih cepat, maka dia akan mudah stres dan cepat marah. Sedikit berbeda dengan kajian pesikotogis, menurut kacamata ilmu jiwa atau psikiatri, marah lebih dikenal sebagai bentuk gejala symptom. Kemarahan menandakan adanya suatu penyakit dalam tubuh seseorang. Memang dalam kajian psikiatri, orang sakit akan mudah marah karena penyakit yang dideritanya. Marah dalam ilmu jiwa digolongkan ke dalam jenis gejala agresi yang positif, karena merupakan ekspresi emosi yang ditampakkan. Penyebabnya disebut dengan istilah implus atau dorongan. Jenis implus ini bisa bermacam-macam, mulai dari kondisi lingkungan yang tidak kondusif dan penuh tekanan, makanan yang berportein tinggi, rendahnya kadar oksigen pada otak, dan kasus hormonal. Sama seperti dalam kajian psikologi, faktor lingkungan dijadikan sebagai faktor utama penyebab munculnya kemarahan pada diri seseorang. Orang yang berprofesi sebagai pengemudi angkutan kota akan cepat marah daripada seseorang yang bekerja di ruangan ber-AC. Tekanan lingkungan, bising dan panas memacu emosi seseorang berada dalam kondisi tinggi. Begitu juga dengan makanan yang berprotein tinggi. Menurut Dr. Jaya Mualimin, makanan yang mengandung protein tinggi, seperti daging kambing, menjadi salah faktor penyebab orang cepat marah. Karena, protein tinggi akan meningkatkan hormon-hormon dalam tubuh, sehingga orang akan mudah marah. Begitu juga dengan kurangnya oksigen pada otak. Otak yang kekurangan oksigen akan membuat kesadaran seseorang menjadi turun, sehingga rentan terhadap stimulus negatif. Memahami Hakikat Kemarahan Dalam kasus hormonal, orang akan mudah marah apabila kadar hormon pemicu kemarahannya tidak berada pada kadar semestinya. Dalam hal ini, proses kemarahan dalam tubuh bisa dijelaskan dengan dimulainya implus yang diterima oleh limbic system (pusat emosi) di hypothalamus yang terletak di bagian otak tengah. Penerimaan implus tersebut merangsang meningkatnya neurotransmitter dompamine pada neuron Advertisement otak. Setelah itu, rangsangan diteruskan ke hypophycis yang kemudian dikirim ke bagian tubuh lainnya. Seperti, pada bagian tubuh penghasil hormon-hormon yang kemudian dikirim ke bagian tubuh lainnya, seperti bagian tubuh penghasil hormon-hormon pemacu denyut jantung, pupil mata membesar dan lain sebagainya. Gangguan hormonal ini bisa disebabkan karena ketidakseimbangan kadar hormon, baik kelebihan maupun kekurangan. Ketidakseimbangan kadar hormon inilah yang menyebabkan seseorang mudah marah. Biasanya kasus seperti ini terjadi pada kaum perempuan yang sedang menstruasi atau pada kaum lansia yang hormon testosteron progesteronnya sudah mulai menurut, Hal tersebut mengurangi ambang batas kesabarannya sehingga mudah marah Apakah Kita Harus Marah? Seorang ibu melihat anaknya sedang asik bermain dengan tanah basah bersama teman-temannya, tiba-tiba gusar dan mendatangi anaknya. Emosi sang ibu memuncak dan berubah menjadi kemarahan, ketika melihat baju yang dipakai anaknya kotor terkena lumpur. Tanpa pikir panjang, sang ibu membentak dan menyeret anaknya masuk ke rumah. Ekspresi sang anak yang semula ceria seketika berubah dan menangis. Pernahkan kita menemui situasi seperti itu? Dan mungkin kita penah mengalaminya sendiri. Apa yang kita rasakan ketika kita berada pada situasi yang dialami oleh sang anak pada contoh di atas? Pada posisi tersebut, bisa dikatakan kita merupakan korban kemarahan sang ibu. Sementara sang ibu sebagai pelaku kemarahan yang terpicu oleh kondisi anaknya yang sedang bermain tanah basa atau lumpur. Kasus tersebut merupakan contoh kasus yang dipicu oleh sesuatu di lingkungannya. Jika kita membaca kembali kasus di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kemarahan cenderung destruktif. Pertanyaanya apakah kita harus marah? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan marah. Hanya saja, seringkali emosi ketika marah diekspresikan dengan cara berlebihan. Marah yang disebabkan oleh permasalahan sepele, bisa berbuntut panjang, sampai-sampai terjadi pembunuhan. ltu artinya, marah yang tidak terkontrol dan berlebihan akan merusak, baik pada diri sendiri maupun orang-orang di sekelilingnya. Marah akan menjadi destruktif ketika seseorang menuruti emosinya yang meledak-ledak. Kemarahan tidak akan menghasilkan manfaat jika hanya dilampiaskan melalui kata-kata, ekspresi, dan perlakuan yang kasar. ltulah sebabnya, meskipun dalam keadaan marah, kita harus selalu mengedepankan rasio atau pikiran kita. Psikolog E. Kristi PoerwAndari menyatakan bahwa setidaknya ada dua poin yang membuat marah menjadi konstruktif. Pertama, marah haruslah karena alasan yang tepat, bukan karena faktor subjektif. Banyak kasus kemarahan timbul di lingkungan keluarga, misalnya suami marah secara berlebihan karena merasa tidak dihargai oleh istrinya. Padahal, ini hanyalah pandangan subjektif sang suami. Kedua, marah haruslah terkendali. Marah yang membabi buta, bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Pradipta Sarastika Demikian cerita mengenai Memahami Hakikat Kemarahan, baca juga artikel cerita motivasi lainnya dengan judul Percaya Diri...!!!. Jika kalian suka dengan artikel diatas, mohon untuk menekan tombol like ya, dan jika tidak keberatan mohon untuk dishare juga, agar ilmu ini bisa bermanfaat bagi semuanya. Terima kasih sebelumnya. - See more at: http://www.checkouthungerok.org/2014/12/memahami-hakikat-kemarahan.html#sthash.086PM17O.dpuf

http://www.checkouthungerok.org/http://www.checkouthungerok.org/2014/12/memahami-hakikat-kemarahan.html
Cerita Motivasi
 
 
 Memahami Hakikat Kemarahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar