Menurutnya, markas sekte seks bebas yang kerap dijadikan tempat ritual adalah rumah yang berlokasi di Jalan Sukadamai, Kecamatan Sukajadi, Bandung. Bila dilihat secara pintas, rumah itu sekilas tampak biasa-biasa saja. Namun jika diperhatikan dari atas, tampak ornamen gurita hitam besar melilit atap rumah itu.
Rumah ini memang tampak lebih unik dibanding rumah lain di sekitarnya, namun tidak tampak mencurigakan. Warga pun tidak pernah mencurigai rumah itu digunakan sebagai tempat perkumpulan sebuah sekte. Rumah ini diketahui telah dibangun sejak 1986, pemiliknya bernama Frans. Ia diketahui tidak tinggal di rumah tersebut, selama ini ia menetap di Jakarta, tepatnya di kawasan Pondok Indah.
Menurut warga sekitar, mereka pernah mendengar rumah itu digunakan untuk ritual tertentu. Bahkan ada kabar angin yang menyebutkan rumah itu merupakan tempat setan. Siapapun yang masuk ke situ, tak bisa ke luar lagi. Penasaran?
Namun, isu yang beredar di kalangan warga dibantah Ketua RT setempat, Afriza. Dia membantah rumah gurita tersebut menjadi tempat berkumpulnya anggota sekte seks bebas. “Tidak ada, saya sudah tinggal di sini sejak 1983 dan tidak pernah ada sekte seperti itu di sini,” katanya.
Afriza menjelaskan, dirinya tidak pernah melihat banyak orang datang berkumpul di rumah gurita tersebut selama ini. Beberapa waktu lalu, ia bersama polisi dan kelurahan setempat sudah masuk ke dalam rumah yang diisukan sebagai lokasi kegiatan sekte seks bebas itu. “Tidak ada yang janggal. Di atas itu tempat memasak dan tempat air. Di dekat kolam renang, karena memang pemiliknya non-muslim, ada patung Bunda Maria,” katanya.
Sementara, Afriza pun menuturkan tidak pernah ada kegiatan ibadah misa di dalam rumah tersebut. Bila ibadah pribadi menurut Afriza memang ada, tapi kalau untuk umum tidak pernah ada. Dan tidak ada yang mencurigakan apa yang ada di dalam rumah tersebut.
Hingga kini, Kepolisian Daerah Jawa Barat belum menemukan indikasi keberadaan sekte seks bebas di kota Bandung seperti yang disebutkan oleh Gilang, warga yang mengaku sebagai pengikut sekte seks bebas. “Kami sudah cek beberapa tempat yang dia (Gilang) sebutkan menjadi lokasi pesta sekte, yaitu di wisma dan hotel tertentu. Tapi hasilnya nihil,” kata Kapolda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi Tubagus Anis Angkawijaya.
Menurutnya, polisi pun telah mendatangi hotel di Lembang yang disebut sebagai tempat menginap anggota sekte itu. Tapi lagi-lagi menurut daftar tamu hotel, tidak ada nama-nama orang seperti yang disebut Gilang menginap di sana. Hasil pemeriksaan di beberapa tempat lain juga sama.
Maka, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, belum ditemukan ada sekte seks bebas di kota Bandung. Saat ini Polrestabes Bandung masih terus menginterogasi Gilang. Ia pun akan diperiksa kejiwaannya dalam waktu dekat. Kepolisian menduga Gilang stres dan agak tak waras.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan juga angkat bicara mengenai beredarnya surat perintah palsu itu. Aher meminta polisi segera mengusut kasus ini hingga selesai. Menurut Aher, berdasarkan keterangan Kepala Perpusda, M Anwar, surat yang tersebar mengenai perintah mengejutkan itu adalah surat palsu. “Kita antisipasi supaya tidak terjadi hal-hal seperti itu. Pihak keamanan harus segera mengusut karena bagaimanapun itu mencoreng citra pemerintahan di Kota Bandung,” katanya.
Perkataan yang sama juga disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Hafidz Utsman. Menurutnya, masyarakat jangan mudah percaya dengan masalah yang belum tentu benar atau masih isu. “Saya percaya umat muslim di Jawa Barat, khususnya Bandung tidak ada yang terganggu dengan isu-isu itu,” katanya.
Meski belum ada koordinasi dengan MUI terkait masalah ini, Hafidz berharap pejabat terkait di Bandung segera mencari solusi terkait masalah ini. Dan dia juga meminta kepada polisi untuk mencari siapa pelaku penyebaran isu tersebut. “Belum ada koordinasi apa-apa. Polisi harusnya mencari siapa yang menyebarkan isu dan tidak menceritakan isu itu. Jadi jangan disampaikan isu itu kalau masih dicari,” katanya.
Ditambahkan Hafidz, masyarakat saat ini sudah tidak aneh lagi mengenai isu itu. Menurutnya, isu yang beredar kali ini sudah tidak menarik perhatian masyarakat. “Dalam artian masyarakat sudah bosan. Saya percaya tidak ada yang terganggu dengan isu-isu. Jadi jangan sampai jadi juru bicara isu,” katanya. (h/vvn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar