Pages

Rabu, 01 Oktober 2014

Misteri Rumah Gurita

GILANG, pria yang me­nye­but dirinya sebagai ang­gota sekte seks bebas mene­gaskan, bahwa ritual sektenya itu dilakukan berpindah-pindah, mulai hotel sampai menyewa tempat khusus.
Menurutnya, markas sekte seks bebas yang kerap dija­dikan tempat ritual adalah rumah yang berlokasi di Jalan Sukadamai, Kecamatan Suka­jadi, Bandung. Bila dilihat se­cara pintas, rumah itu sekilas tampak biasa-biasa saja. Namun jika diperhatikan dari atas, tampak ornamen gurita hitam besar melilit atap rumah itu.
Rumah ini memang tam­pak lebih unik dibanding rumah lain di sekitarnya, namun tidak tampak men­curigakan. Warga pun tidak pernah mencurigai rumah itu digunakan sebagai tempat perkumpulan sebuah sekte. Rumah ini diketahui telah dibangun sejak 1986, pemi­liknya bernama Frans. Ia diketahui tidak tinggal di rumah tersebut, selama ini ia menetap di Jakarta, tepat­nya di kawasan Pondok Indah.
Menurut warga sekitar, mereka pernah mendengar rumah itu digunakan untuk ritual tertentu. Bahkan ada kabar angin yang menyebutkan rumah itu merupakan tempat setan. Siapapun yang masuk ke situ, tak bisa ke luar lagi. Penasaran?
Namun, isu yang beredar di kalangan warga dibantah Ketua RT setempat, Afriza. Dia membantah rumah gurita tersebut menjadi tempat berkumpulnya anggota sekte seks bebas. “Tidak ada, saya sudah tinggal di sini sejak 1983 dan tidak pernah ada sekte seperti itu di sini,” katanya.
Afriza menjelaskan, diri­nya tidak pernah melihat banyak orang datang ber­kumpul di rumah gurita terse­but selama ini. Beberapa waktu lalu, ia bersama polisi dan kelurahan setempat sudah masuk ke dalam rumah yang diisukan sebagai lokasi kegia­tan sekte seks bebas itu. “Tidak ada yang janggal. Di atas itu tempat memasak dan tempat air. Di dekat kolam renang, karena memang pemi­lik­nya non-muslim, ada patung Bunda Maria,” katanya.
Sementara, Afriza pun menuturkan tidak pernah ada kegiatan ibadah misa di dalam rumah tersebut. Bila ibadah pribadi menurut Afriza me­mang ada, tapi kalau untuk umum tidak pernah ada. Dan ti­dak ada yang mencurigakan apa yang ada di dalam rumah tersebut.
Hingga kini, Kepolisian Daerah Jawa Barat belum menemukan indikasi kebe­radaan sekte seks bebas di kota Bandung seperti yang disebutkan oleh Gilang, warga yang mengaku sebagai pengi­kut sekte seks bebas. “Kami sudah cek beberapa tempat yang dia (Gilang) sebutkan menjadi lokasi pesta sekte, yaitu di wisma dan hotel tertentu. Tapi hasilnya nihil,” kata Kapolda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi Tubagus Anis Angkawijaya.
Menurutnya, polisi pun telah mendatangi hotel di Lembang yang disebut seba­gai tempat menginap anggota sekte itu. Tapi lagi-lagi menu­rut daftar tamu hotel, tidak ada nama-nama orang seperti yang disebut Gilang menginap di sana. Hasil pemeriksaan di beberapa tem­pat lain juga sama.
Maka, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, be­lum ditemukan ada sekte seks bebas di kota Bandung. Saat ini Polrestabes Bandung masih terus menginterogasi Gilang. Ia pun akan diperiksa keji­waannya dalam waktu dekat. Kepolisian menduga Gilang stres dan agak tak waras.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan juga angkat bicara mengenai beredarnya surat perintah palsu itu. Aher meminta polisi segera mengu­sut kasus ini hingga selesai. Menurut Aher, berdasarkan keterangan Kepala Perpusda, M Anwar, surat yang tersebar mengenai perintah menge­jutkan itu adalah surat palsu. “Kita antisipasi supaya tidak terjadi hal-hal seperti itu. Pihak keama­nan harus segera mengusut karena bagai­mana­pun itu men­coreng citra peme­rintahan di Kota Bandung,” katanya.
Perkataan yang sama juga disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Hafidz Utsman. Menu­rutnya, masyarakat jangan mudah percaya dengan masa­lah yang belum tentu benar atau masih isu. “Saya percaya umat muslim di Jawa Barat, khususnya Bandung tidak ada yang terganggu dengan isu-isu itu,” katanya.
Meski belum ada koor­dinasi dengan MUI terkait masalah ini, Hafidz berharap pejabat terkait di Bandung segera mencari solusi terkait masalah ini. Dan dia juga meminta kepada polisi untuk mencari siapa pelaku penye­baran isu tersebut. “Belum ada koordinasi apa-apa. Polisi harusnya mencari siapa yang menyebarkan isu dan tidak menceritakan isu itu. Jadi jangan disampaikan isu itu kalau masih dicari,” katanya.
Ditambahkan Hafidz, mas­yarakat saat ini sudah tidak aneh lagi mengenai isu itu. Menurutnya, isu yang beredar kali ini sudah tidak menarik perhatian masyarakat. “Da­lam artian masyarakat sudah bosan. Saya percaya tidak ada yang terganggu dengan isu-isu. Jadi jangan sampai jadi juru bicara isu,” katanya. (h/vvn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar