Cerpen / cerita pendek
(short story) adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita
tentang manusia dan seluk beluknya lewat tulisan pendek.
Unsur
(Intrinsik) dalam Cerpen :
1.
Tema
Yaitu
gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah
bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan
kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau
amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk
bercerita.
Tidak
mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak
disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah
masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup
si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut
menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya
menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk
menyikapi dan menyelesaikannya.
Secara
tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 1.
Kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan. 2. Persahabatan sejati
adalah setia dalam suka dan duka. 3. Cinta adalah energi kehidupan, karena itu
cinta dapat mengatasi segala kesulitan. Dan lain sebagainya.
Cerpen
yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks.
Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah
lainnya dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha
Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik
sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku”
dapat bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.
2.
Alur atau Plot
Yaitu
rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu.
Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah
jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau
rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu
bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan
itulah plot.
Atau,
secara lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat
yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide
dasar.
Semua
peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum
sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi
menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk
Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh
populer menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan
cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.”
Dalam
cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian
ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
- Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
- Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun
jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup
dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
- Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
- Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
- Campuran keduanya.
3.
Penokohan
Yaitu
penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga
pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah
cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter
tokoh tersebut. Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi
sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita
pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua
macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat
tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
- Tindakan, ucapan dan pikirannya
- Tempat tokoh tersebut berada
- Benda-benda di sekitar tokoh
- Kesan tokoh lain terhadap dirinya
- Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4.
Latar atau Setting
Yaitu
segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada
dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena
latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang
gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja,
berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi
Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi,
kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika
settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan
watak dan karakter tokoh.
5.
Sudut Pandangan Tokoh
Diantara
elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah
pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini
merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh
bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut
pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
- Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
- Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
- Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
- Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
Struktur isi Cerpen :
1.
Judul
2.
Pengenalan Tokoh
3.
Komplikasi (Penyebab
Konflik)
4.
Konflik
5.
Penyelesaian
6.
Amanat
Ciri ciri Cerpen
:
·
Bentuk tulisannya singkat, padat,
dan lebih pendek daripada novel.
·
Terdiri kurang dari 10.000 kata.
· Sumber cerita dari
kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain.
· Tidak melukiskan
seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau sarinya
saja.
· Habis dibaca sekali
duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya saja.
· Tokoh-tokohnya
dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
· Penggunaan
kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
· Sanggup
meninggalkan kesan mendalam dan mampu
meninggalkan efek pada perasaan pembaca.
· Menceritrakan
satu kejadian, dari terjadinya perkembangan
jiwa dan krisis,tetapi tidak sampai
menimbulkan perubahan nasib.
· Beralur tunggal dan
lurus.
· Penokohannya
sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar